Mentari itu beranjak naik
Duduk letih di beranda
Menatap kosong dedaunan terusik
Angin sepoi-sepoi yang meniupkan asa
Sepasang bola mata menatap lekat
Menyapaku dengan genggam erat
Aku beranjak lekas tegas
Mengukir keceriaan tanpa raut lemas
Kugenggam harta logam di kananku
Mennggunya di persimpangan jalan
Sukma bergejolak tak tentu
Menduga cemas kedatangannya
Kucoba mengkhayalimu dalam penantian
Suara beratmu menggema dari ujung simpangan
Bersorak gembira dengan suara khasmu
CINDUA TAPAI...CINDUA TAPAI
Kukira kau CinTa
Rubuh,bobrok,jatuh
Saat penantianku kau bayar kehampaan
Karena bukan kau yang hadir,
CinduaTapaiku....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar