Lampu Merah di Car Free Day
Papa mengangkat sepeda merah jambu Rania serta sepeda biru tua milik Arya dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Mama pun memasukkan banyak makanan serta minuman ke dalamya mobil. Rania dan Arya duduk manis di beranda rumah mereka sambil menatap heran orang tua mereka yang terlihat sangat sibuk. Rania dan Arya tak tahu apa yang direncanakan orang ta mereka.
“Beres! Sekarang semua, naik ke mobil!” sambil menutup pintu bagasi, papa menyuruh anak-anaknya serta mama untuk naik ke mobil.
“Kita mau ke mana sih,pa?” Tanya Rania bingung.
Papa tidak menjawab pertanyaan Rania dan mama pun terlihat menahan tawanya. Rania dan Arya,adiknya, duduk bisu di kursi tengah menatap jalanan yang mereka lalui. Papa menghidupkan musik klasik yang membawa kenyamanan dan ketenangan dalam perjalanan.
“Nah, sudah sampai!” Papa menghentikan laju mobilnya.
Rania mengenal jalan ini. Jalan Dago. Tempat Rania sering berbelanja dan menghabiskan waktu luang. Tapi untuk Hari Minggu pagi ini, apa yang hendak dilakukannya?
Papa menurunkan sepeda Rania dan sepeda Arya dari mobil. Mama pun menurunkan makanan-makanan yang dibawanya. Papa menyuruh Rania dan Arya untuk membawa sepeda mereka masing-masing. Rania dan Arya semakin bingung. Mereka menuruti langkah papa dan mama dari belakang sambil menggiring sepeda mereka.
“Papa, ini mau ke mana sih? Capek nih,pa!” Arya bingung da mengeluh.
“Lihat saja kalian pasti senang dan bersemangat!” Papa menjawab singkat.
Jalanan sepi dari mobil. Tak seperti hari-hari biasanya, jalan ini selalu padat dengan keramaian mobil-mobil yang menunggu tuannya berbelanja. Bermacam-macam makanan enak dan nikmat berdiri di sepanjang jalanan yang sepi. Papa menghentikan langkahnya di depan sebuah bangku panjang dan duduk di sana.
“Rania, Arya, sekarang kendarailah sepeda kalian. Bermainlah sepuas kalian!”
“Emangnya boleh,pa? Nanti ditabrak mobil yang lewat,pa!” Kata Rania cemas.
“Pagi ini tidak akan ada mobil di sini. Kalian bebas menguasai jalan ini sebebas yang kalian mau” Kata mama meyakinkan.
Tanpa ragu, Rania mengayuh sepedanya. Arya mengikuti sang kakak dari belakang. Rania mengayuh kencang sepedanya dan berhenti pada sebuah simpangan lampu merah.
“Kok berhenti ,kak?” Tanya Arya heran namun tetap mengikuti kakaknya.
“Ada lampu merah, dek! Jadi harus berhenti. Nanti kalau kita jalan kita ditangkap polisi.”
Lampu merah di simpangan itu tidak berubah jadi hijau. Terus saja menjadi lampu merah. Rania dan Arya tetap berhenti dan menunggu. Dan beberpa sepeda yang dikendarai oleh anak-anak seumur mereka pun melewati lampu merah itu. Rania pun memutar sepedanya dan kembali ke tempat papa dan mama menunggu. Arya mengikuti kakaknya meskipun sebenarnya ia tak mengerti apa yang hendak dilakukan kakaknya.
Belum sampai di tempat papa, sambil mengendarai sepedanya, Rania berteriak,” Papa,papa!”
Papa yang sedang asyik menunggu sambil membaca sebuah majalah, kaget dan mencari sumber suara.
“Ada apa Rania, Arya?”
Rania yang terlihat letih mengayuh sepedanya dengan wajah berpeluh pun duduk di samping mama. Rania pun berkata,”Pa, tadi ada yang melanggar rambu-rambu lalu lintas!”
Mama mengusap wajah Rania yang berpeluh dengan handuk kecil yang mama bawa. Mama pun memberikan Rania dan Arya minum untuk menghilangkan letih dan haus mereka.
“Di sini kan tidak ada mobil?” Tanya papa heran.
“Kan ada lampu merah, pa. Emangnya sepeda boleh melanggar lampu merah?”
Mama dan papa tertawa mendengar pertanyaan Rania. Papa pun menjawab dan menjelaskan apa yang ditanyakan Rania,“Hari ini, daerah ini bersih dari kendaraan bermotor. Hanya untu bersepada. Guna lampu merah kan untuk mencegah kecelakaan antar pengendara. Karena hari ini tidak ada motor atau mobil dan yang ada di sini hanya sepeda, jadi lampu merah kita tidak harus berhenti.”
“Jadi, hari ini tidak ada mobil di sini?” Tanya Rania.
“Ia, nak. Setiap hari Minggu di jalan ini memang disediakan untuk anak-anak yang ingin bermain sepeda tanpa harus terganggu oleh mobil!”
Rania pun paham. Arya juga. Mama pun menunjuk ke arah spanduk yang bertuliskan ‘The Car Free Day’. Rania pun membacanya. Rania pun berdiri dari duduknya semula di bangku panjang dan menggiring lagi sepedanya.
“Masih mau main?” Tanya mama.
“Iya ma! Mau main 1 keliling lagi. Arya mau ikut?” jawab Rania dan mengajak adiknya ikut.
Mama dan papa mengizinkan mereka bermain sepeda lagi. Tapi tidak boleh lebih dari jam 11 karena mobil kembali berlalu lalang di daerah itu. Rania mengangguk dan langsung menaiki sepedanya. Mengayuh sepeda sekencang-kencangnya meninggalkan adiknya yang tertinggal di belakangnya. Meluapkan kegembiran di Minggu pagi.
***Selesai***
#Ternyata Saya Lebih Menjiwai Jiwa Anak-Anak yang Penuh Kebebasan..HAHAHA :D